FUTUR

FUTUR (Tidak Bersemangat). Rosululloh sholallohu'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya bagi setiap amalan ada semangat dan ada futur (tidak semangat), maka barangsiapa yang futurnya ke bid'ah maka dia telah sesat, dan barangsiapa yang futurnya ke sunnah maka dia telah mendapatkan petunjuk" (HR Ahmad 38/457 no 23474 dengan sanad yang shahih)
Futur adalah satu penyakit yang sering menyerang sebagian ahli ibadah, para da’i, dan penuntut ilmu. Sehingga seseorang menjadi lemah dan malas, bahkan terkadang berhenti sama sekali dari melakukan aktivitas kebaikan.

Orang yang terkena penyakit futur ini berada pada tiga golongan, yaitu:
1). Golongan yang berhenti sama sekali dari aktivitasnya dengan sebab futur, dan golongan ini banyak sekali.
2). Golongan yang terus dalam kemalasan dan patah semangat, namun tidak sampai berhenti sama sekali dari aktivitasnya, dan golongan ini lebih banyak lagi.
3). Golongan yang kembali pada keadaan semula, dan golongan ini sangat sedikit. [Lihat al-Futur Mazhaahiruhu wa Asbaabuhu wal ‘Ilaaj (hal. 22)]

Futur memiliki banyak dan bermacam-macam sebab. Apabila seorang muslim selamat dari sebagiannya, maka sedikit sekali kemungkinan selamat dari yang lainnya. Sebab-sebab ini sebagiannya ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus. Di antara sebab-sebab itu adalah:
1). Hilangnya keikhlasan.
2). Lemahnya ilmu syar’i.
3). Ketergantungan hati kepada dunia dan melupakan akhirat.
4). Fitnah (cobaan) berupa isteri dan anak.
5). Hidup di tengah masyarakat yang rusak.
6). Berteman dengan orang-orang yang memiliki keinginan yang lemah dan cita-cita duniawi.
7). Melakukan dosa dan maksiyat serta memakan yang haram.
8). Tidak mempunyai tujuan yang jelas (baik dalam menuntut ilmu maupun berdakwah).
9). Lemahnya iman.
10). Menyendiri (tidak mau berjama’ah).
11). Lemahnya pendidikan. [Lihat al-Futur Mazhaahiruhu wa Asbaabuhu wal ‘Ilaaj (hal. 43-71)]

Futur adalah penyakit yang sangat ganas, namun tidaklah Allah menurunkan penyakit melainkan Dia pun menurunkan obatnya. Akan mengetahuinya orang-orang yang mau mengetahuinya, dan tidak akan mengetahuinya orang-orang yang enggan mengetahuinya. Di antara obat penyakit futur adalah:
1). Memperbaharui keimanan.
Yaitu dengan mentauhidkan Allah dan memohon kepada-Nya agar ditambah keimanan, serta memperbanyak ibadah, menjaga shalat wajib yang lima waktu dengan berjama’ah, mengerjakan shalat-shalat sunnah rawatib, melakukan shalat Tahajjud dan Witir. Begitu juga dengan bersedekah, silaturahmi, birrul walidain, dan selainnya dari amal-amal ketaatan.
2). Merasa selalu diawasi Allah Ta’ala dan banyak berdzikir kepada-Nya.
3). Ikhlas dan takwa.
4). Mensucikan hati (dari kotoran syirik, bid’ah dan maksiyat).
5). Menuntut ilmu, tekun menghadiri pelajaran, majelis taklim, muhadharah ilmiyyah, dan daurah-daurah syar’iyyah.
6). Mengatur waktu dan mengintrospeksi diri.
7). Mencari teman yang baik (shalih).
8). Memperbanyak mengingat kematian dan takut terhadap suul khatimah (akhir kehidupan yang jelek).
9). Sabar dan belajar untuk sabar.
10). Berdo’a dan memohon pertologan Allah. [Lihat al-Futur Mazhaahiruhu wa Asbaabuhu wal ‘Ilaaj (hal. 88-119)]

Sebab, bosan adalah penyakit yang mematikan, membunuh cita-cita seseorang sebesar sifat bosan yang ada pada dirinya. Setiap kali orang itu menyerah terhadap kebosanan, maka ilmunya akan semakin berkurang. Terkadang sebagian kita berkata den......gan tingkah lakunya, bahkan dengan lisannya, “Saya telah pergi ke banyak majelis ilmu, namun saya tidak bisa mengambil manfaat kecuali sedikit.” Ingatlah wahai saudariku, kehadiran Anda dalam majelis ilmu cukup membuat Anda mendapatkan pahala. Bagaimana jika Anda mengumpulkan antara pahala dan manfaat? Oleh karena itu, janganlah putus asa. Jangan putus asa, berusahalah dengan sungguh-sungguh, mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan lemah. Walaupun Anda pada hari ini belum mendapatkan ilmu, maka curahkanlah terus usahamu di hari kedua, ketiga, keempat,…. setahun, dua tahun, dan seterusnya…[Ma’aalim fii Thariiq Thalabil ‘Ilmi (hal. 278-279)]

Seorang penuntut ilmu tidak boleh terburu-buru dalam meraih ilmu syar’i. Menuntut ilmu syar’i tidak bisa kilat atau dikursuskan dalam waktu singkat. Harus diingat, bahwa perjalanan dalam menuntut ilmu adalah panjang dan lama, oleh karena itu wajib sabar dan selalu memohon pertolongan kepada Allah agar tetap istiqamah dalam kebenaran. Alangkah kerasnya hati kita..
Dan alangkah lemahnya hati kita dalam menempuh perjalanan (menuju Allah Ta’ala), kecuali bagi orang yang dirahmati-Nya….
Sungguh kaum Salafush Shalih Radhiyallahu ‘anhu menangis karena takut kepada Allah. Mata me...reka berlinang karena kerinduan dan kecintaan mereka kepada Allah. Keadaan mereka seperti itu bukan karena mereka menghitung-hitung berbagai sebab yang dapat memudahkan mereka untuk menangis karena takut kepada Allah. Bukan pula mereka menuliskan penyebab-penyebab itu atau menghafalnya…

Aliran air mata orang-orang ikhlas tidak memerlukan semua itu…
(Hal ini karena) mereka telah merasakan manisnya iman. Mereka telah mengecapnya dan merasakan kenikmatan menangis karena Allah tanpa menghitung-hitung cara-caranya. Akan tetapi mereka telah mensucikan hati mereka, lalu Allah Yang Maha Memberikan kenikmatan menganugrahkan hal itu kepada mereka. Allah Subhanahu wa ta’ala membuka pintu-pintu keberkahandan keutamaan bagi mereka. Kita memohon kepada Allah agar Dia membukakannya pula bagi kta…
Dengarkan salah seorang dari kaum salaf yang berkata, “Penduduk-penduduk dunia yang miskin (kemiskinan iman) telah keluar dari nya kehidupan di dunia, sementara itu mereka belum pernah merasakan menisnya kehidupan di dunia, dan mereka tidak pernah mengecap sesuatu yag paling baik di dunia ini.” Yang ia maksudkan adalah manisnya iman….

Dengarkan pula yang lainnya, ia berkata, “Seandainya para raja dan anak-anak mereka mengetahui apa yang kita punya (manisnya iman) niscaya mereka akan memukul kita dengan pedang…”
Akan tetapi orang-orang seperti kita yang hatinya dalam keadaan sakit –kecuali orang yang dirahmati Allah- disarankan untuk meneliti penyebab-penyebab tertentu yang bisa membuat kita menangis karena takut kepada Allah… Dianjurkan untuk meneliti berbagai obat yang dapat menyembuhkan hati yang telah dipenuhi oleh berbagai penyakit, dan bahkan telah menjangkit dan menyebar di dalam badan…

Namun tidak cukup dengan sekedar mengetahui hal-hal tertentu tanpa mempraktekkannya. Jika ilmu tidak diamalkan, maka sungguh akan sama saja antara orang baik dan orang jahat, dan antara orang mukmin dengan kafir….
Janganlah Anda membaca cara-cara dibawah ini jika Anda berminat untuk tidak mengamalkannya. Sungguh Sufyan ats-Tsauri rahimahullahberkata, “Ibuku pernah berkata kepadaku, ‘Wahai anakku, janganlah engkau mempelajari suatu ilmu kecuali jika engkau berniat untuk mengamalkannya. Jika engkau tidak (berminat untuk mengamalkannya, maka ilmu itu hanya akan menjadi beban bagimu di hari kiamat.’”

Maka marilah… [menelaah cara-cara di bawah ini] Dan mohonlah pertolongan kepada Allah Ta’ala… [agar kita dapat mengamalkannya].
1. IKHLAS (MEMURNIKAN NIAT) KARENA ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA DALAM MENANGIS. Banhkan dalam berkeinginan kuat untuk dapat menangis karena takut kepada Allah. 
Allah Ta’ala berfirman: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah... kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus…” (QS. Al-Bayyinah: 5)

Rasulullah Shallallahu wa sallam bersabda: “Maka barangsiapa di antara mereka beramal dengan amal akhirat (dengan tujuan) untuk dunia semata, maka tidak ada bagian baginya di Akhirat.” [Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam shahiih at-targhiib wat Tarhiib, kitab al-jihaad bab at-Targhiib fir Ribaathi fii Sabiilillaahi ‘Azza wa jalla (II/57)]

Bertanyalah kepada diri sendiri wahai hamba Allah, “Mengapa engkau menangis? Mengapa engkau ingin menangis? Apakah tujuanmu mengharapkan Wajah Allah Ta’ala? Ataukah supaya manusia berkata tentangmu: ‘Ia seorang yang suka menangis… seorang yang bertakwa… seorang yang khusyu’? Apakah engkau mengharapkan pahala dari Allah atau (pujian) dari manusia?”
Ketahuilah bahwa menangis karena takut kepada Allah adalah satu ibadah dari sekian banyak peribadahan kepada Allah. Jika niatnya karena Allah semata maka ia akan diterima, akan bersih, akan tumbuh dan akan mendatangkan keberkahan… Dan jika niatnya bukan karena Allah Ta’ala maka ia akan gugur, sia-sia dan merugi…

Jangan sekali-kali syaitan melancarkan tipu dayanya kepadamu, kalau anda menyangka bahwa keikhlasan Anda telah sempurna. Ini sebagaimana yang terjadi pada sebagian orang-orang bodoh di zaman kita sekarang. Jika salah seorang dari mereka mendengar orang yang membicarakan perihal ‘riya (ingin dilihat orang) dan ‘ujub (mengagumi diri sendiri dan merasa diri lebih dari orang lain), maka ia menyangka bahwa dirinya jauh dari hal-hal seperti itu….
Janganlah engkau berprasangka seperti itu. Jika demikian maka engkau seperti halnya seorang yang sakit, yang menutup-nutupi tempat yang sakit. Lalu ketika rasa sakit itu hilang (kebal), maka engkau menyangka bahwa engkau telah sembuh dan penyakitmu telah berhenti. Tidak disadari bahwa penyakitnya benar-benar telah meminjam tubuhnya….

Ketahuilah –wahai saudaraku- bahwa ikhlas itu mulia…
Seorang Salafush Shalih berkata, “Sesuatu yang paling mulia di dunia adalah ikhlas. Seringkali aku mengerahkan segenap usaha untuk menghilangkan riya’ dari hati, namun seakan-akan ia tumbuh lagi dalam bentuk yang lain.” Berhati-hatilah, jangan sampai Anda menjadi orang munafik tanpa Anda sadari, dan berbuat riya’ tanpa anda mengetahuinya.
Inilah al-Hasan al-Bashri, salah seorang dari kalangan Tabi’in yang alim lagi ahli ibadah, ia berkata kepada dirinya sendiri: “Engkau telah berbicara dengan pembicaraan orang-orang shalih yang taat lagi rajin beribadah. Akan tetapi engkau bekelakuan seperti orang fasik yang munafik lagi ingin dilihat orang. Demi Allah, ini bukanlah sifat orang-orang yang ikhlas.” [Demikianlah perkataan beliau kepada dirinya sendiri], padahal ia adalah dia [yakni orang yang terkenal keshalihan, ketaatan dan kesungguhnya dalam beribadah)!
Dan inilah Yusuf bin Asbath, ia berkata, “Aku sama sekali tidak menyangka bahwa diriku [telah ikhlas]. Justru aku menyangka bahwa diriku adalah orang yang riya’ tulen.”
Anda harus memperhatikan perkataan seseorang yang dijuluki ‘Abidul Haramain (ahli ibadah di dua tanah haram), yakni al-Fudhail bin ‘Iyadh mengenai firman Allah: “Agar Dia menanyakan kepada orang-orang yang benar tentang kebenaran mereka…” (QS. Al-Ahzaab; 8)
Al-Fudhail bin ‘Iyadh berkata, “Jika para Shiddiqin seperti Isma’il dan ‘Isa ‘alaihi salam ditanya (tentang pelaksanaan tugas mereka), maka bagaimana pula tentang orang-orang pendusta seperti kita?”

Dengan apa kita mensikapi diri kita?
Amirul Mukminin ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Barangsiapa yang memurnikan niat dalam menjalankan kebenaran, sekalipun membahayakan dirinya, maka Allah akan mencukupi (melindungi)nya dari manusia. Barangsiapa yang menghias diri dengan sesuatu yang tidak pada tempatnya, maka Allah akan memburukkannya.

Lalu apa tanda-tanda keikhlasan dalam menangis karena takut kepada Allah?
Pertama: Anda tidak menemukan dalam diri Anda bahwa Anda senang jika ada yang memuji atau menyanjung Anda atas tangisan Anda karena takut kepada Allah.
Apabila Anda terkena penyakit sehingga Anda mendapati diri Anda menyenangi pujian atau sanjungan orang lain terhadap Anda, maka cara mengobatinya adalah: Anda harus menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini, kemudian jawaban-jawaban itu harus ditelan dengan air keikhlasan. Pertanyaannya adalah:
- Apakah hamba-hamba Allah itu kelak di hari Kiamat akan memberikan manfaat kepada Anda?
- Apakah ketika Anda dihadapkan kepada Allah, pujian terhadap Anda itu akan berdiri bersama dan membela Anda di hadapan Allah?
- Kemudian tahukah Anda behwa terkadang orang yang dipuji oleh manusia pada kenyataannya termasuk seburuk-buruk manusia di hadapan Allah? Jadi, pujian dari manusia kepada Allah bukan merupakan suatu ukuran bagi diterimanya ketaatan Anda kepada Allah. Oleh karena itu, janganlah Anda disibukkan dengan urusan pujian dari menusia dan sanjungan mereka kepada Allah. Jika demikian maka Anda akan kelelahan, agama Anda dalam bahaya dan amal anda akan gugur seluruhnya.

Kedua: di hati Anda tidak adaperasaan ‘ujub (mengagumi diri sendiri dan merasa diri lebih dari orang lain). Terkadang seseorang yang menangis akan menjauh dari pandangan menusia. Atau ia sengaja menahannya agar tidak dilihat orang dengan tujuan untuk mendapatkan keikhlasan. Akan tetapi bisa saja terjadi perasaan ‘ujub menyelinap ke dalam hati. Lalu ia melihat dirinya telah melakukan suatu perbuatan yang agung.
Apabila penyakit ‘ujub tersebut menimpa Anda, maka obatnya adalah: Anda harus menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, lalu Anda lakukan apa yang telah diterangkan sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah:
- Siapakah yag memiliki dan memberikan keutamaan ini kepada Anda?
- Siapakah yang memberi Anda rizki kemuliaan tangisan karena takut kepada-Nya?
- Apakah masuk akal apabila seseorang yang sekedar diberi sesuatu, dan ia tidak mengusahakan atau membuatnya, tiba-tiba ia mengagumi dirinya sendiri (‘ujub)? Bukankah yang lebih masuk akal adalah ia segera berterima kasih kepada siapa yang memberikan sesuatu itu kepadanya berupa karunia dan kenikmatan dari-Nya?
- Kemudian, apakah Anda bisa menjamin bahwa di hari esok Anda masih diberi karunia dan kenikmatan itu?
- Dan apakah Anda bisa menjamin bahwa nanti Anda dapat konsisten dalam ketaatan?
- Tahukah Anda, apakah akhir kehidupan Anda akan baik (husnul khaatimah) atau buruk (suu-ul khaatimah)?
- Apakah masuk akal bila Anda merasa kagum terhadap suatu amal yang Anda lakukan, sementara Anda sendiri meragukan keberlangsungannya? Kita memohon kepada Allah ats-Tsabaat (diterapkan dalam iman, Islam dan ketaatan).

Ketiga: Dia hati Anda tidak ada perasaan mengecilkan atau meremehkan orang lain hanya karena Anda menjadi orang yang melakukansuatu ketaatan di mana mereka belum mencapai kemuliaan ketaatan tersebut. Jika Anda terkena penyakit ini –yakni meremehkan orang lain- maka obatnya adalah: Anda harus menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
- Tahukah Anda bahwa orang yang Anda remehkan terkadang lebih bertakwa kepada Allah dibanding Anda, lebih suci hatinya dan lebih bersih amalnya?
- Apakah Anda bisa menjamin bahwa Allah akan menerima ketaatan Anda dalam menangis karena takut kepada Allah?
- Tahukah Anda, barangkali Allah menerima amal orang yang Anda remehkan lalu Allah memasukkan ke dalam Surga, sedangkan amal Anda sendiri terkadang tidak diterima, baik yang fardhu maupun yang sunnah.

Jika Anda menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dan ternyata Anda telah terbebas dari penyaki-penyakit yang menggerogoti keikhlasan, maka janganlah Anda menyangka bahwa Anda telah benar-benar mewujudkan keikhlasan. Jika Anda berprasangka demikian, maka Anda bagaikan orang sakit yang berobat, lalu ia menyangka dirinya telah sembuh.
Hendaknya Anda selalu mencurigai diri Anda sendiri… Berhati-hatilah, jangan sampai Anda riya’ tanpa Anda sadari bahwa Anda telah berbuat riya’…
Ketahuilah bahwa orang yang mengaku telah benar-benar mewujudkan keikhlasan, sebenarnya ia adalah pemimpin orang-orang yang riya’. Kita berlindung kepada Allah darinya

N e r a c a
Sebgian besar ulama salafus salih & generasi awal umat ini adalah orang-orang yang secara materi termsuk fakir miskin. Mereka tidak memliki harta berlimpah, rumah yang megah, kendaraan yang bagus & juga pengawal pribadi. Meski demikian, mereka membuat kehidupan lebih bermakna serta membuat diri mereka & masyarakatnya lebih bahagia. Yang demikian itu, adalah karena mereka senantiasa memanfaatkan setiap pemberian Allah di jalan yang benar.
Bahkan nabi & rasul Allah pernah menjadi penggembala kambing. Dan meskipun mereka termasuk manusia-manusia pilhan Allah & sebaik-baik manusia, pekerjaan mereka pun tak jauh beda dengan manusia pada umumnya.
Nabi Daud : tukang besi,
Nabi Zakaria : tukang kayu,
Nabi Idris : tukang jahit.

Kita tau bahwa mereka adalah orang-orang pilihan. HARGA DIRI dtentukan oleh IMAN, TAQWA, Kemampuan, amal salih, kemanfaatan & akhlaq. Usah bersedih dengan wajah yangg kurang cantik, harta yang tak banyak, anak yang sedikit & rumah yang tak megah! Asal AQIDAH, IMAN & TAQWA memenuhi diri. Keselamatan di dunia & akherat bisa diharapkan. Kalaupun kaya, wajah molek, banyak anak & rumahpun megah, biarlah halalnya pasti juga lebih banyak amal kebaikannya. Menerima setiap pembagian Allah dengan kerelaan hati.
"Kami telah menentukan anak mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia".(Q.s.Az-Zukhruf:32).

Bersama Allah ajaran, petunjuk & aturanNya dalam menjalani kehidupan. Apalagi yang perlu disedihkan.Usah terlalu risau cari nilai manusia! Ingat Allah yang menilai kita sesungguhnya. "Setiap orang telah dianugrahkan oleh Allah dengan hati yang bersih. Namun setiap orang juga akan diracuni oleh syetan dengan benda-benda maksiat. Bagaimanakah kita hendak mencegah benda ini dari berlaku? Sebenarnya ia terletak dalam diri kita sendiri..

"Demi masa, Sesungguhnya manusia itu selalu berada dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman, & beramal salih, serta mentaati kebenaran & mentaati kesabaran.(Q.s.Al-Asr).

Wallahua'lam...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Printable Coupons